Tampilkan postingan dengan label Tinjauan filsafat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tinjauan filsafat. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Juli 2023

REIKI dan MORALITAS AGAMA Suatu tinjauan Filsafat (3)

Lanjutan (3)

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN

Definisi operasional Reiki adalah: “Teknik dan Seni sederhana untuk mengakses esensi energi halus alam semesta yang dapat digunakan sehari-hari” Atau“Teknik dan Seni untuk mengakses esensi energi alam semesta untuk kesempurnaan kehidupan”. Praktisi Reiki memperoleh kemampuan ini dari seorang Reiki Master melalui suatu proses yang disebut Attunement atau penyelarasan. Penyelarasan ini, menurut Rahardian (2005) dapat di ilustrasikan sebagai proses penyelarasan antara antena dan sebuah TV baru. Jika kita menekan tombol "on" sebuah TV baru, maka pada umumnya pertama kali TV tersebut tidak langsung dapat "menampilan gambar", padahal di udara sangat banyak frekwensi yang dipancarkan oleh pemancar-pemancar stasiun TV. Hal ini disebabkan susunan atau setup dari TV tersebut sebagai penerima belum sesuai untuk menerima frekuensi pemancar. Selanjutnya, jika kita mulai mengatur antenna, menggeser-geser tombol tuningnya sampai tepat, maka kita dapat melihat gambar dari stasiun TV yang kita inginkan.

Reiki merupakan teknik spiritual tingkat tinggi yang bersifat sangat unik. Seorang praktisi Reiki tidak membutuhkan konsentrasi untuk menyalurkan Reiki, selain rileksasi seperti meditasi dan kepasrahan total terhadap kuasa Tuhan YME sebagai pemilik tunggal dari energi alam semesta tersebut. Kepasrahan total ini merupakan bentuk keinginan untuk bekerja sama dengan alam semesta, sehingga energi yang akan mengalir menjadi deras, kuat, jernih dan tanpa batas. Dengan demikian wujud kekakuan, upaya pertahanan atau perlawanan dikatakan sebagai bertolak belakang dengan kepasrahan/penyerahan dan bahkan dapat dipandang sebagai upaya untuk menarik kekuatan negatif dari alam. Sebagai suatu teknik yang lebih mementingkan kepasrahan, maka Reiki merupakan teknik yang dengan mudah dapat dipelajari oleh siapapun yang memiliki kepasrahan, tanpa memperdulikan batasan usia, latar belakang keyakinan, atau latar belakang pengetahuan spiritual. Untuk menyalurkan Reiki, seorang praktisi cukup mengatakan: “Reiki on” untuk memulai menyalurkan energi dan menyebut: “Reiki Off” untuk mengakhiri penyaluran energi Reiki. Seorang praktisi Reiki bukanlah seorang penyembuh, melainkan seorang "channel" atau "penyalur" dari energi alam semesta. Kesembuhan sebenarnya hanyalah milik Tuhan Pencipta Alam Semesta semata.

AXIOLOGIS: NILAI KEGUNAAN ILMU

Sesuai dengan definisi operasional di atas, Reiki dapat digunakan untuk setiap aspek kehidupan (tak terbatas). Bila diuraikan, dengan mempelajari Reiki, sedikitnya ada sepuluh manfaat, yaitu;

1. Dalam Reiki, semua kegiatan diawali dengan afirmasi untuk mengarahkan energi dan cahaya Reiki. Di atas afirmasi, selalu disebut nama Tuhan. Jadi semakin sering IR digunakan, Anda jadi makin sering menyebut dan mengingat nama Tuhan. Inilah konsep “keterhubungan” antara Manusia dan PenciptaNya yang dikehendaki oleh konsep agama manapun di dunia.

2. Dengan makin seringnya digunakan konsep rileks, pasrah, nrimo, no mind yang selalu menyertai prosedur Reiki, tubuh dan mental Anda akan menjadi lebih bersih lebih sehat karena penyakit fisik dan penyakit psikis menjadi sulit mempengaruhi emosi dan tubuh Anda.

3. Semakin sering Anda mengakses energi alam semesta, selain tubuh Anda makin bersih, vibrasi energi dan cahaya Reiki akan meningkatkan Pancaran Energi Roh Anda. Ini ibarat membuat jarum kompas, awalnya jarum tidak bermagnet, tapi dengan digosok magnet, lama kelamaan jarum ini menjadi bermagnet juga. Jadi prinsip: “Jika memberi, maka Anda akan menerima” berlaku di sini.

4. Dari berbagai hasil yang Anda peroleh dengan Reiki, Anda akan menyadari keterbatasaan diri Anda sebagai manusia sekaligus memahami Kekuatan Ilahi yang luar biasa dan menakjubkan.

5. Penggunaan Reiki dalam meditasi; Gerak Pribadi, Simbol pribadi dan Misi Pribadi akan membawa Anda ‘menemukan hal baru’ dan mendapatkan ‘cara tahu baru’ yang akan meningkatkan pengetahuan Anda mengenai: Diri Pribadi, Roh ataupun berbagai Aspek Ketuhanan.

6. Energi dan cahaya Reiki dapat memanfaatkan berbagai media yang berfungsi aktif untuk penyimpanan atau penyaluran energi. Media ini bisa bermacam-macam. Bisa berupa kristal untuk membantu penyembuhan, atau lotion yang telah diisi energi dan cahaya Reiki untuk menurunkan berat badan anda.

7. Penyembuhan dengan Reiki dapat melengkapi aspek penyembuhan metoda pengobatan lainnya, karena energi dan cahaya Reiki bisa dimasukan keberbagai media pengobatan seperti, obat-obatan, alat kesehatan, bahan habis pakai atau langsung ke tubuh pasien. Jadi energi dan cahaya Reiki dapat diaplikasikan pada semua perangkat penyembuhan metoda apapun ataupun penyakit apapun.

8. Untuk materialisasi, dengan mengafirmasikan dan memvisualisasikan apa yang Anda inginkan dalam bentuk materi. Namun harus diingat, materialisasi ini harus menganut realitas yang ada pada diri anda, tidak mengada-ada. Misalnya, jika Anda menginginkan mempunyai sebuah rumah atau mobil, sesuaikan keinginan Anda dengan kemampuan yang Anda miliki dan beri waktu agar afirmasi dan visualisasi Anda dapat bekerja, misalnya dalam jangka waktu 1 atau 2 tahun. Jika tidak sesuai dengan kondisi Anda, dikhawatirkan hasilnya akan mempunyai dampak yang buruk atau menimbulkan kerugian bagi sisi kehidupan Anda yang lainnya.

9. Saat sinkronisasi dengan Reiki Master, hal ini sesungguhnya manifestasi dari konsep gotong royong dan kepemimpinan. Jadi metoda Sinkronisasi dan penyatuan Energi dan cahaya Reiki, yang biasa digunakan untuk penyembuhan massal atau attunement, menggambarkan konsep hidup sempurna yang diperlukan dalam bermasyarakat dan berbangsa.

10. Dengan makin meningkatnya kemampuan indera batin dan pembersihan Cakra jantung Anda juga penyebutkan nama Tuhan saat afirmasi, Emotional Qutient (Kecerdasan Emosi) dan Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual) Anda otomatis akan meningkat.

PENUTUP

Reiki adalah salah satu bentuk visi transformasi New Age berpijak dari “transformasi personal” kearah transformasi sosial. Reiki merupakan salah satu gerakan kesehatan holistik (The Holistik Health Movement) yang begitu fenomenal dalam skala global di akhir abad ini.

Telah dibahas ilmu Reiki dan moralitas agama dalam tiga aspek filsafat, yaitu Ontologis (apanya), Epistemologis (Metoda melaksanakannya) dan Axiologis (Kegiatannya apa). Hasil pembahasan memperlihatkan keduanya dapat hidup berdampingan secara damai, bahkan dapat bekerja sama erat karena keduanya bermuara pemberdayaan diri dan kepada peningkatan kesadaran akan keagungan Ilahi yang lebuh luas, baik secara fisik, pemikiran dan Roh.

REIKI dan MORALITAS AGAMA Suatu tinjauan Filsafat (2)

Lanjutan (2)

Akan tetapi peradaban dan spiritualitas manusia modern yang menyebabkan kemampuan ini seakan-akan "tertidur".

Melalui suatu proses yang sangat sederhana yang disebut dengan Attunement, maka kemampuan Reiki seseorang dapat dibangkitkan kembali. Attunement ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang disebut dengan Reiki Master.

Secara sederhana, Attunement dapat digambarkan sebagai proses penyelarasan energi seseorang terhadap pusat energi alam semesta. Seseorang yang telah mendapatkan Attunement Reiki, maka berarti ia memiliki hubungan permanen dengan alam semesta (universal), oleh karena itu dengan cara yang sangat sederhana pula ia dapat menyerap energi alam semesta dan mengeluarkannya kembali untuk berbagai kebutuhan. Energi alam semesta ini (selanjutnya disebut dengan energi Reiki) akan masuk melalui Cakra Mahkota (suatu gerbang energi yang terletak di daerah ubun-ubun kepala), mengalir melalui jalur-jalur eterik yang terdapat di tubuh, dan akhirnya dikeluarkan kembali melalui Cakra (misalnya cakra telapak tangan, cakra Ajna, dll).

Energi Reiki ini sangat nyata dapat dirasakan oleh para praktisi Reiki, yaitu berupa sensasi hangat atau dingin yang disertai dengan getaran-getaran halus.

Eksplorasi tentang Reiki sangat banyak ditulis, baik filosofi maupun aplikasinya. Tetapi di atas semuanya itu, Reiki hanyalah sebuah teknik. Kami tekankan disini bahwa pencarian jati diri manusia diawali dengan keyakinan. Keyakinan akan ke-Illahian Pencipta yang sebenarnya sejak dari lahir telah ditanamkan dalam benak kita. Keyakinan bahwa pasrah di dalam nama Allah adalah permulaan pengetahuan.

Baik pembaca maupun kami, penulis, mengerti bahwa satu tugas adanya kita di dunia, adalah untuk membuat kontribusi agar tercapai kesejahteraan manusia dan kebersamaan manusia. Sedemikian sehingga secara sadar, terungkap pengakuan kita akan kebesaran Illahi

Manusia dikaruniai tubuh yang ajaib. Sesuai dengan perintah Illahi, tugas manusia adalah untuk menemukan rahasia alam, semesta dan pribadi. Ini juga yang merupakan kewajiban dan alasan mengapa Ruh berulang kali harus belajar. Proses penyempurnaan Ruh adalah proses dua arah. Ruh kita bertanya dan mendengarkan Penciptanya tentang apa yang semestinya dilakukan dan sebaliknya, Allah berkenan untuk mendengar dan berbicara dengan kita. Jalur komunikasi dengan Khalik kita sebenarnya sudah ada. Doa, zikir, saat teduh, semuanya merupakan jalur komunikasi yang sudah kita kenal baik.

Rahasia teknik penguatan jalur komunikasi itu yang kami sebarkan sebagai Inti Reiki. Tetapi sekali lagi, Inti Reiki hanyalah sebuah teknik (penekanan itu kami gambarkan sebagai garis panah terputus-putus). Pada akhirnya kembali kepada keputusan Anda untuk mencari kebenaran menurut kehendak bebasnya.

Tuhan Pencipta Alam Semesta mengaruniakan kehendak bebas kepada manusia untuk mencari dan menemukan sampai tak terbatas rahasia alam. Maka selayaknya jika dalam proses pencarian itu, ucapan terimakasih selalu kita ucapkan. Bukan hanya kepada Ruh kita, atau entitas pada dimensi lain yang ikut membantu kita menuju ke kedewasaan ruh, tetapi, yang utama adalah ucapan terimakasih kepada Pencipta kita. Hanya dengan kemurahan-Nya segala pencarian ini bisa terjadi.

Jadi dapat kita lihat, Reiki adalah suatu teknik eksplorasi dimana hasil akhir yang diharapkan adalah: Pengakuan akan keagungan Tuhan dengan pemahaman dari sisi spiritual yang lebih luas.

Pengakuan sangat berpengaruh pada langkah manusia selanjutnya. Dengan pengakuan, tujuan utama telah ditentukan. Pengakuan ibarat sebuah fondasi. Dasar pengambilan setiap langkah dan merupakan dasar fokus kehidupan manusia. Tetapi sebuah akhir adalah juga sebuah awal. Pengakuan akan keagungan Allah membawa kita kepada penegasan akan iman dan percaya, demikian sebaliknya dan seterusnya.

Penegasan atau afirmasi yang berulang-ulang, jika dilakukan dengan kesungguhan, dan diarahkan ke alam bawah sadar, akan memperkuat dan menspiritualkan kesadaran kita.

Kita adalah apa yang kita pikirkan. Bukan melulu pikiran secara sadar, tetapi juga bawah sadar. Untuk menuju kesempurnaan hidup, termasuk didalamnya adalah kesembuhan mental dan emosi, kita harus menguraikan dan menemukan akar pahit dari konflik bawah sadar kita. Pengeliminasian bibit negatif diperlukan untuk membuat penegasan atau afirmasi yang kita lakukan menjadi berguna.

Afirmasi hanya langkah awal dari suatu proses pembenahan diri. Syarat mutlak dalam sebuah penggunaan afirmasi adalah Berdoa. Doa yang benar adalah doa yang aktif.

Doa sebelum aktivitas merupakan permintaan kepada Illahi Tetapi doa sesudah aktivitas merupakan doa efektif yang tidak pernah pasif, doa yang penuh dengan keyakinan, matang dalam penegasan. Doa yang penuh dengan ucap syukur, karena kita sudah mengalami penyertaan dan kemurah hatian Allah.

Karena input baru dari setiap proses iterasi atau pengulangan proses afirmasi-pengakuan itu diharapkan sesuai dengan dasar eksplorasi, dan menambah keyakinan terhadap percaya dan agama, maka iterasi atau proses pengulangan berikutnya akan maju selangkah lagi dengan lebih mantap. Semua agama dan kepercayaan menekankan pentingnya pengakuan kepada Alllaahnya dan mengharamkan umatnya berpaling kepada illah lain. Maka kebiasaan memulai dan mengakhiri dalam doa ini juga yang merupakan tahap penyelarasan (attunement) permanen dengan Illahi Mengapa? Karena di atas segala upaya manusia untuk mencapai kesempurnaan, terdapat sang Khalik yang menuntut ciptaanNya untuk secara tulus dan terbuka mengakui keagungan Pencipta.

REIKI dan MORALITAS AGAMA: Suatu tinjauan Filsafat (1)

LATAR BELAKANG

Esensi dari filsafat adalah mencari kebenaran. Demikian pula Reiki. Moralitas agama juga mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu adalah "kebenaran akal", sedangkan kebenaran menurut agama adalah "kebenaran wahyu". Kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar atau lebih benar di antara keduanya, akan tetapi kita akan melihat apakah keduanya dapat hidup berdampingan secara damai, apakah keduanya dapat bekerjasama atau bahkan saling bermusuhan satu sama lain. Meskipun filsafat dan ilmu mencari kebenaran dengan akal, hasil yang diperoleh baik oleh filsafat maupun ilmu juga bermacam-macam. Hal ini dapat dilihat pada aliran yang berbeda-beda, baik di dalam filsafat maupun di dalam ilmu. Demikian pula terdapat bermacam-macam agama yang masing-masing mengajarkan kebenaran. Bagaimana kajian filosofis antara Reiki sebagai ilmu dan moralitas agama akan diperlihatkan sebagai berikut.

APAKAH REIKI ITU?

Fenomena masyarakat moderen saat ini adalah lahirnya sebuah kesadaran yang disebut sebagai kesadaran “back to nature”. Gerakan ini adalah sebuah gerakan masyarakat yang menyadari kekuatan alami dalam hidup sebagai penyeimbang kehidupan. Bahkan, gerakan ini telah menjadi semacam gaya hidup “baru” bagi masyarakat moderen barat dan telah merambah ke timur. Gaya hidup yang lebih pada keselarasan tubuh (body), pikiran (mind) dan Roh (soul) yang memiliki kekuatan koneksitas untuk menyeimbangkan diri. Sebut saja minat masyarakat barat terhadap meditasi, yoga, aura, Reiki yang mengandalkan kekuatan energi dan pikiran semakin diminati. Berbagai penelitian tentang peran Emotional Metabolism juga mewarani wacana tentang kemampuan mind terhadap perilaku sehat. Perspektif baru dunia spiritual yang berkaitan dengan emosional metabolisme pun kini telah menjadi sebuah kesadaran baru dalam beragama. Munculnya gerakan-gerakan semacam New Age yang lahir dan menjadi wacana di akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an dan terus menjadi perbincangan masyarakat Eropa dan Amerika sampai saat ini, sebagai “gerakan sadar diri” (self-conscius movement). Visi transformasi New Age berpijak dari “transformasi personal” kearah transformasi sosial”. Dan diantara berbagai gerakannya, diantaranya adalah gerakan kesehatan holistik (The Holistik Health Movement) yang begitu fenomenal dalam skala global. Pemahaman baru tentang body, mind and soul sedang terus terbangun dalam kesadaran masyarakat moderen. Reiki berkembang seiring dengan bangkitnya kesadaraan baru manusia untuk kembali ke alam.

Menurut Riko Rahardian (Divine Spirit through Essentian Reiki, 2002), kata Reiki, terdiri dari dua huruf Kanji dalam bahasa Jepang, yaitu Kanji Rei dan Ki. Kanji Rei menurut kamus Kojien (Kamus besar bahasa Jepang) mengandung beberapa makna, diantaranya adalah 1.Substansi spiritual yang keberadaannya bisa di dalam maupun terpisah dari suatu jasad dan 2. Suatu kekuatan misterius, yang tidak terlihat oleh mata dan tidak dapat diukur. Sedang Kanji Ki mengandung banyak sekali makna, dintaranya adalah: “suatu substansi yang mengisi alam semesta, dan dianggap sebagai dasar pembentuk alam semesta”. Makna lainnya adalah “energi yang menjadi penggerak/motor kehidupan, sumber kehidupan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Reiki memiliki makna “energi vital kehidupan yang ada di alam semesta yang berasal dari kekuatan yang Maha Kuasa/Illahi” . Para ahli sering menyebut Reiki sebagai The Universal Life Force Energy. (TULFE). Bahkan ada yang berpendapat bahwa, kata Rei dapat diterjemahkan secara tepat menjadi 'Pencapaian Kemantapan Tertinggi"

Umumnya, Reiki adalah suatu cara penyembuhan alamiah berdasarkan penggunaan tenaga kehidupan alam semesta yang mengalir melalui titik energi praktisi Reiki, yang bertindak sebagai saluran Reiki, ke tubuh pasien yang memerlukan penyembuhan.

MORALITAS AGAMA

Sudah diuraikan di atas bahwa yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian pula Agama juga mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu adalah "kebenaran akal", sedangkan kebenaran menurut agama adalah "kebenaran wahyu" berdasarkan prinsip-prinsip moralitasnya sendiri. Bahkan pada awal pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah moral. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang diajarkan oleh ajaran agama (saat itu), maka timbulah interaksi anatara Ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik.

Dalam makalah ini, nilai-nilai moral agama yang dimaksud adalah kepasrahan total terhadap keagungan Ilahi (yang ada dalam setiap agama). Oleh sebab itu, dalam artikel ini kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar atau lebih benar di antara Reiki dan Morlitas Agama, akan tetapi kita akan melihat dari tiga aspek filsafat, yaitu Ontologis (apanya), Epistemologis (Metoda melaksanakannya) dan Axiologis (Kegiatannya apa). Lalu apakah keduanya dapat hidup berdampingan secara damai, apakah keduanya dapat bekerjasama atau bahkan saling bermusuhan satu sama lain?

ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DI KAJI

Reiki merupakan tradisi spiritual yang berasal dari pusat-pusat spiritual pada ribuan tahun silam (Tibet, Mesir, India, Cina, Lemuria, Atlantis). Tentu saja teknik ini belum dinamakan dengan Reiki, karena Reiki merupakan nama modern setelah teknik ini diketemukan kembali oleh Master Mikao Usui.

Walaupun dikatakan bahwa teknik sejenis Reiki terdapat hampir di seluruh pusat-pusat spiritual kuno, akan tetapi Reiki modern lebih dekat dengan tradisi energi esoteris yang pernah ada di dataran Tibet kuno.

Sekitar 2500 tahun sebelum Masehi, teknik Reiki pernah didokumentasikan oleh para biarawan di atas sutra-sutra suci. Akan tetapi mengingat bahwa teknik ini merupakan teknik yang dianggap "rahasia", maka secara perlahan sejalan dengan waktu teknik ini mulai "hilang" dan dilupakan dalam kebudayaan manusia pada jaman berikutnya. Sampai pada akhir abad ke-19, seorang bangsa Jepang yang bernama Mikao Usui berhasil "menggali" kembali teknik kuno ini setelah melalui perjalanan yang sangat panjang. Bahkan Mikao Usui berhasil menciptakan sistem dimana Reiki ini akhirnya dapat diturunkan & diajarkan kepada orang lain. Dalam sejarah perkembangan Reiki, tercatat berbagai versi yang beredar di sekitar kisah Mikao Usui. Secara garis besar terdapat 2 kelompok versi yang sangat berbeda, yaitu versi barat (western) dan versi timur (eastern).

Walaupun terdapat 2 versi yang berbeda, akan tetapi hendaknya hal ini tidak perlu terlalu diperdebatkan, karena hal ini tidaklah menyangkut esensi Reiki secara keseluruhan sebagai energi yang diberikan Illahi bagi umat manusia.

Sebagai suatu catatan bagi praktisi, di awal tulisan ini telah dijelaskan bahwa Energi Reiki merupakan teknik esoteris energi yang terdapat di berbagai pusat-pusat spiritual kuno. Oleh karena itu hendaknya para praktisi tidak perlu terlalu heran jika di beberapa kawasan termasuk di Nusantara ini mungkin diketemukan fenomena teknik esoteris yang menghasilkan vibrasi energi yang sangat mirip dengan Reiki, walaupun mungkin mempergunakan ritual yang sangat berbeda dalam memperolehnya. Reiki merupakan suatu teknik spiritual untuk menyerap energi alam semesta ini dan menyalurkannya kembali untuk berbagai keperluan, antara lain untuk penyembuhan berbagai penyakit fisik, mental, dan emosional. Teknik Reiki merupakan kemampuan dasar umat manusia. Bahkan pada literatur barat dikatakan bahwa kemampuan Reiki telah terpetakan dalam kode genetik manusia (DNA) sejak ia dilahirkan. 

New wesite

E-BOOK INTIREIKI 2023