AGAMA DAN INTIReiki
Slogan ini sering kita baca dalam berbagai
buku Reiki. Bahkan dengan berbagai penjelasannya. Namun bagaimana seharusnya
kita secara bijaksana menyikapi Teknik Reiki? Apakah benar bila kita telah
mengenal tentang Reiki atau dengan memahaminya, malah membuat orang lambat laun
jauh dari kepercayaan awalnya?
Eksplorasi tentang Reiki sangat banyak ditulis, baik
filosofi maupun aplikasinya. Tetapi di atas semuanya itu, Reiki hanyalah sebuah
teknik. Kami tekankan disini bahwa pencarian
jati diri manusia diawali dengan keyakinan. Keyakinan akan ke-Illahian
Pencipta yang sebenarnya sejak dari lahir telah ditanamkan dalam benak kita.
Keyakinan bahwa pasrah di dalam nama Allah adalah permulaan pengetahuan.
Baik pembaca maupun kami, penulis, mengerti bahwa
satu tugas adanya kita di dunia, adalah untuk membuat kontribusi agar tercapai
kesejahteraan manusia dan kebersamaan manusia. Sedemikian sehingga secara
sadar, terungkap pengakuan kita akan kebesaran Illahi
Gambar 1.1 Skema kedudukan INTIReiki dalam Agama
Manusia dikaruniai tubuh yang ajaib. Sesuai dengan
perintah Illahi, tugas manusia adalah untuk menemukan rahasia alam, semesta dan
pribadi. Ini juga yang merupakan kewajiban dan alasan mengapa Ruh berulang kali
dilahirkan. Proses penyempurnaan Ruh adalah proses dua arah. Ruh kita bertanya
dan mendengarkan Penciptanya tentang apa yang semestinya dilakukan dan
sebaliknya, Allah berkenan untuk mendengar dan berbicara dengan kita. Jalur
komunikasi dengan Khalik kita sebenarnya sudah ada. doa, zikir, saat teduh,
semuanya merupakan jalur komunikasi yang sudah kita kenal baik.
Dalam buku ini,
kami merasa terpanggil untuk berbagi kepada pembaca, rahasia keindahan semesta. Rahasia teknik
penguatan jalur komunikasi itu yang kami sebarkan sebagai Inti Reiki. Tetapi sekali lagi, Inti Reiki hanyalah sebuah teknik (penekanan
itu kami gambarkan sebagai garis panah terputus-putus). Pada akhirnya
kembali kepada keputusan pembaca untuk mencari yang hakiki menurut kehendak
bebasnya.
Tuhan mengaruniakan kehendak
bebas kepada manusia untuk mencari dan menemukan sampai tak terbatas rahasia semesta
alam. Maka selayaknya jika dalam proses pencarian itu, ucapan terimakasih
selalu kita ucapkan. Bukan hanya kepada Ruh pembimbing pribadi, atau entitas
pada dimensi lain yang ikut membantu kita menuju ke kedewasaan Ruh, tetapi,
yang utama adalah ucapan terimakasih kepada Pencipta kita. Hanya dengan
kemurahan-Nya segala pencarian ini bisa terjadi.
Pada skema di atas, kami
menuliskan hasil eksplorasi adalah: Pengakuan akan keagungan Tuhan dengan pemahaman dari sisi
spiritual yang lebih luas.
Pengakuan sangat berpengaruh pada langkah manusia selanjutnya. Dengan
pengakuan, tujuan utama telah ditentukan.
Pengakuan ibarat sebuah fondasi. Dasar pengambilan setiap langkah dan
merupakan dasar fokus kehidupan manusia. Tetapi sebuah akhir adalah juga sebuah
awal. Pengakuan akan keagungan Allah membawa kita kepada penegasan akan iman
dan percaya, demikian sebaliknya dan seterusnya.
Penegasan atau afirmasi yang
berulang-ulang, jika dilakukan dengan kesungguhan, dan diarahkan ke alam bawah
sadar, akan memperkuat dan menspiritualkan kesadaran kita.
Kita adalah apa yang kita pikirkan. Bukan
melulu pikiran secara sadar, tetapi juga bawah sadar. Untuk menuju kesempurnaan
hidup, termasuk didalamnya adalah kesembuhan mental dan emosi, kita harus
menguraikan dan menemukan akar pahit dari
konflik bawah sadar kita. Pengeliminasian bibit negatif ini diperlukan untuk membuat penegasan atau
afirmasi yang kita lakukan menjadi berguna.
Afirmasi hanya langkah awal dari suatu proses
pembenahan diri. Syarat mutlak dalam sebuah penggunaan afirmasi adalah Berdoa. Meminta kepada yang Tunggal. Doa yang benar adalah doa yang aktif.
Doa sebelum aktivitas merupakan permintaan
kepada Illahi Tetapi doa sesudah aktivitas merupakan doa efektif yang
tidak pernah pasif, doa yang penuh dengan keyakinan, matang dalam penegasan.
Doa yang penuh dengan ucap syukur, karena kita sudah mengalami penyatuan dan
kemurah hatian Allah.
Karena output baru dari setiap proses iterasi atau
pengulangan proses afirmasi itu, diharapkan sesuai dengan dasar eksplorasi, dan
menambah keyakinan terhadap kepercayaan dan agama, maka iterasi atau proses pengulangan berikutnya
akan maju selangkah lagi dengan lebih mantap. Semua agama dan kepercayaan
menekankan pentingnya pengakuan kepada Allahnya dan mengharamkan umatnya
berpaling kepada illah lain. Maka kebiasaan memulai dan mengakhiri dalam doa
ini juga yang merupakan tahap penyelarasan (attunement)
permanen dengan Illahi Mengapa? Karena
di atas segala upaya manusia untuk mencapai kesempurnaan, terdapat sang Khalik
yang menuntun ciptaanNya untuk secara tulus dan terbuka mengakui keagungan
Pencipta.
Ini adalah bentuk penjabaran dari kalimat yang
terdapat dalam setiap buku Reiki:
“REIKI TIDAK
BERTENTANGAN DENGAN AGAMA”.