Lanjutan (2)
Akan tetapi peradaban dan spiritualitas manusia modern
yang menyebabkan kemampuan ini seakan-akan "tertidur".
Melalui suatu proses yang sangat sederhana yang disebut
dengan Attunement, maka kemampuan Reiki seseorang dapat dibangkitkan kembali.
Attunement ini hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang disebut dengan Reiki
Master.
Secara sederhana, Attunement dapat digambarkan sebagai
proses penyelarasan energi seseorang terhadap pusat energi alam semesta.
Seseorang yang telah mendapatkan Attunement Reiki, maka berarti ia memiliki
hubungan permanen dengan alam semesta (universal), oleh karena itu dengan cara yang
sangat sederhana pula ia dapat menyerap energi alam semesta dan mengeluarkannya
kembali untuk berbagai kebutuhan. Energi alam semesta ini (selanjutnya disebut
dengan energi Reiki) akan masuk melalui Cakra Mahkota (suatu gerbang energi
yang terletak di daerah ubun-ubun kepala), mengalir melalui jalur-jalur eterik
yang terdapat di tubuh, dan akhirnya dikeluarkan kembali melalui Cakra
(misalnya cakra telapak tangan, cakra Ajna, dll).
Energi Reiki ini sangat nyata dapat dirasakan oleh para
praktisi Reiki, yaitu berupa sensasi hangat atau dingin yang disertai dengan
getaran-getaran halus.
Eksplorasi tentang Reiki sangat banyak ditulis, baik
filosofi maupun aplikasinya. Tetapi di atas semuanya itu, Reiki hanyalah sebuah
teknik. Kami tekankan disini bahwa pencarian jati diri manusia diawali dengan
keyakinan. Keyakinan akan ke-Illahian Pencipta yang sebenarnya sejak dari lahir
telah ditanamkan dalam benak kita. Keyakinan bahwa pasrah di dalam nama Allah
adalah permulaan pengetahuan.
Baik pembaca maupun kami, penulis, mengerti bahwa satu
tugas adanya kita di dunia, adalah untuk membuat kontribusi agar tercapai
kesejahteraan manusia dan kebersamaan manusia. Sedemikian sehingga secara
sadar, terungkap pengakuan kita akan kebesaran Illahi
Manusia dikaruniai tubuh yang ajaib. Sesuai dengan
perintah Illahi, tugas manusia adalah untuk menemukan rahasia alam, semesta dan
pribadi. Ini juga yang merupakan kewajiban dan alasan mengapa Ruh berulang kali
harus belajar. Proses penyempurnaan Ruh adalah proses dua arah. Ruh kita bertanya
dan mendengarkan Penciptanya tentang apa yang semestinya dilakukan dan
sebaliknya, Allah berkenan untuk mendengar dan berbicara dengan kita. Jalur
komunikasi dengan Khalik kita sebenarnya sudah ada. Doa, zikir, saat teduh,
semuanya merupakan jalur komunikasi yang sudah kita kenal baik.
Rahasia teknik penguatan jalur komunikasi itu yang kami
sebarkan sebagai Inti Reiki. Tetapi sekali lagi, Inti Reiki hanyalah sebuah
teknik (penekanan itu kami gambarkan sebagai garis panah terputus-putus). Pada
akhirnya kembali kepada keputusan Anda untuk mencari kebenaran menurut kehendak
bebasnya.
Tuhan Pencipta Alam Semesta mengaruniakan kehendak bebas
kepada manusia untuk mencari dan menemukan sampai tak terbatas rahasia alam.
Maka selayaknya jika dalam proses pencarian itu, ucapan terimakasih selalu kita
ucapkan. Bukan hanya kepada Ruh kita, atau entitas pada dimensi lain yang ikut
membantu kita menuju ke kedewasaan ruh, tetapi, yang utama adalah ucapan
terimakasih kepada Pencipta kita. Hanya dengan kemurahan-Nya segala pencarian
ini bisa terjadi.
Jadi dapat kita lihat, Reiki adalah suatu teknik
eksplorasi dimana hasil akhir yang diharapkan adalah: Pengakuan akan keagungan
Tuhan dengan pemahaman dari sisi spiritual yang lebih luas.
Pengakuan sangat berpengaruh pada langkah manusia
selanjutnya. Dengan pengakuan, tujuan utama telah ditentukan. Pengakuan ibarat
sebuah fondasi. Dasar pengambilan setiap langkah dan merupakan dasar fokus
kehidupan manusia. Tetapi sebuah akhir adalah juga sebuah awal. Pengakuan akan
keagungan Allah membawa kita kepada penegasan akan iman dan percaya, demikian
sebaliknya dan seterusnya.
Penegasan atau afirmasi yang berulang-ulang, jika
dilakukan dengan kesungguhan, dan diarahkan ke alam bawah sadar, akan
memperkuat dan menspiritualkan kesadaran kita.
Kita adalah apa yang kita pikirkan. Bukan melulu pikiran
secara sadar, tetapi juga bawah sadar. Untuk menuju kesempurnaan hidup,
termasuk didalamnya adalah kesembuhan mental dan emosi, kita harus menguraikan
dan menemukan akar pahit dari konflik bawah sadar kita. Pengeliminasian bibit
negatif diperlukan untuk membuat penegasan atau afirmasi yang kita lakukan
menjadi berguna.
Afirmasi hanya langkah awal dari suatu proses pembenahan
diri. Syarat mutlak dalam sebuah penggunaan afirmasi adalah Berdoa. Doa yang
benar adalah doa yang aktif.
Doa sebelum aktivitas merupakan permintaan kepada Illahi
Tetapi doa sesudah aktivitas merupakan doa efektif yang tidak pernah pasif, doa
yang penuh dengan keyakinan, matang dalam penegasan. Doa yang penuh dengan ucap
syukur, karena kita sudah mengalami penyertaan dan kemurah hatian Allah.
Karena input baru dari setiap proses iterasi atau
pengulangan proses afirmasi-pengakuan itu diharapkan sesuai dengan dasar
eksplorasi, dan menambah keyakinan terhadap percaya dan agama, maka iterasi
atau proses pengulangan berikutnya akan maju selangkah lagi dengan lebih
mantap. Semua agama dan kepercayaan menekankan pentingnya pengakuan kepada
Alllaahnya dan mengharamkan umatnya berpaling kepada illah lain. Maka kebiasaan
memulai dan mengakhiri dalam doa ini juga yang merupakan tahap penyelarasan
(attunement) permanen dengan Illahi Mengapa? Karena di atas segala upaya
manusia untuk mencapai kesempurnaan, terdapat sang Khalik yang menuntut ciptaanNya
untuk secara tulus dan terbuka mengakui keagungan Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar